Kunjungi Rumah Adat Puri Melayu Sri Menanti, Sandiaga Uno: Memiliki Storynomics
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, bahwa Rumah Adat Puri Melayu Sri Menanti di Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara (Sumut) terdapat nilai-nilai budaya yang kuat di dalamnya.
"Memiliki potensi sebagai daya tarik wisata budaya dan sejarah dan memiliki storynomics, yaitu cerita yang akan mampu membuka peluang usaha," ungkap Sandiaga Uno dalam keterangan resminya saat meninjau Rumah Adat Puri Melayu Sri Menanti.
Selain itu, Sandiaga Uno juga mengajak kepada masyarakat, agar senantiasa menjaga Rumah Adat Puri Melayu Sri Menanti ini. Hal ini karena, agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak pudar. Serta memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, khususnya Kota Tebing Tinggi.
"Saya harap kesadaran masyarakat setempat dalam melestarikan budaya dan mengelola rumah adat ini semakin tinggi. Mari kita sama-sama berkolaborasi agar budaya ini bisa terus dinikmati anak cucu hingga ribuan tahun ke depan dan mampu menyejahterakan masyarakat kita," katanya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumatera Utara, Musa Rajekshah mengapresiasi langkah Kemenparekraf dalam mendorong kebangkitan ekonomi. Selain itu, kebijakan dan program yang dihadirkan sesuai dengan kebutuhan rakyat.
"Kami betul-betul berterima kasih, karena kita sekarang ini memang membutuhkan bagaimana promosi daerah, bagaimana membangkitkan kesenian budaya daerah kita," ujarnya.
Rumah Adat Puri Melayu Sri Menanti, merupakan rumah yang dibangun sekitar tahun 1910 oleh Muhammad Nur Rangkuti dan Siti Rahma (anak dari Ali Jambak "Japan Jaidan" pengawal kerajaan Negeri Padang). Kemudian dipugar kembali tahun 1992 oleh Hasyim Nur Thaib dan Zaleha Rangkuti.
Rumah yang memiliki ciri khas bangunan melayu dengan konsep rumah panggung ini, dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul keluarga. Sesuai dengan namanya, Puri Melayu Sri Menanti berarti rumah yang selalu menanti kedatangan keluarga besar.
Rumah Adat Puri Melayu Sri Menanti kembali dilakukan pemugaran pada 2000 lalu oleh Yayasan Al Hasyimiyah, kemudian dimanfaatkan juga sebagai sanggar seni tari tradisional, silat melayu, dan menenun songket.
Material utama dari bangunan ini adalah kayu. Lantai bawah rumah digunakan sebagai tempat menenun songket melayu dan bersantai. Sementara, di lantai atas terdapat ruang tamu yang berisi pelaminan melayu, di ruang keluarga terdapat peninggalan peralatan berbahan kuningan untuk upacara adat melayu.
Lihat Juga: Manfaatkan Pariwisata Berbasis Masyarakat, Sandiaga Uno Berharap IHSA Bisa Naikkan Kunjungan Wisata
"Memiliki potensi sebagai daya tarik wisata budaya dan sejarah dan memiliki storynomics, yaitu cerita yang akan mampu membuka peluang usaha," ungkap Sandiaga Uno dalam keterangan resminya saat meninjau Rumah Adat Puri Melayu Sri Menanti.
Selain itu, Sandiaga Uno juga mengajak kepada masyarakat, agar senantiasa menjaga Rumah Adat Puri Melayu Sri Menanti ini. Hal ini karena, agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak pudar. Serta memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, khususnya Kota Tebing Tinggi.
"Saya harap kesadaran masyarakat setempat dalam melestarikan budaya dan mengelola rumah adat ini semakin tinggi. Mari kita sama-sama berkolaborasi agar budaya ini bisa terus dinikmati anak cucu hingga ribuan tahun ke depan dan mampu menyejahterakan masyarakat kita," katanya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumatera Utara, Musa Rajekshah mengapresiasi langkah Kemenparekraf dalam mendorong kebangkitan ekonomi. Selain itu, kebijakan dan program yang dihadirkan sesuai dengan kebutuhan rakyat.
"Kami betul-betul berterima kasih, karena kita sekarang ini memang membutuhkan bagaimana promosi daerah, bagaimana membangkitkan kesenian budaya daerah kita," ujarnya.
Rumah Adat Puri Melayu Sri Menanti, merupakan rumah yang dibangun sekitar tahun 1910 oleh Muhammad Nur Rangkuti dan Siti Rahma (anak dari Ali Jambak "Japan Jaidan" pengawal kerajaan Negeri Padang). Kemudian dipugar kembali tahun 1992 oleh Hasyim Nur Thaib dan Zaleha Rangkuti.
Rumah yang memiliki ciri khas bangunan melayu dengan konsep rumah panggung ini, dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul keluarga. Sesuai dengan namanya, Puri Melayu Sri Menanti berarti rumah yang selalu menanti kedatangan keluarga besar.
Rumah Adat Puri Melayu Sri Menanti kembali dilakukan pemugaran pada 2000 lalu oleh Yayasan Al Hasyimiyah, kemudian dimanfaatkan juga sebagai sanggar seni tari tradisional, silat melayu, dan menenun songket.
Material utama dari bangunan ini adalah kayu. Lantai bawah rumah digunakan sebagai tempat menenun songket melayu dan bersantai. Sementara, di lantai atas terdapat ruang tamu yang berisi pelaminan melayu, di ruang keluarga terdapat peninggalan peralatan berbahan kuningan untuk upacara adat melayu.
Lihat Juga: Manfaatkan Pariwisata Berbasis Masyarakat, Sandiaga Uno Berharap IHSA Bisa Naikkan Kunjungan Wisata
(hri)